Sharon Rindu Ibu Yah...!!!!

  • Tuesday 23 March 2010
  • Posted by Ivan Rahmadiawan
  • Ngumpul di

Rupanya musim dingin tiba di akhirpekan, perkiraan cuaca itu salah memberi informasi. Libur di hari minggu sangat tepat untuk memanjakan tubuh lelahku di kasur besar seperti ini… Tapi ini mengingatkan ku kebeberapa hal. Salah satunyah bagaimana mengisi waktu liburan untuk Sharon ? sedangkan aku masih berkerja? Ini masalah yang belum ketemukan solusinyah…

^^^

Dari arah pintu Sharon pun langsung menerjang tubuhku di atas kasur dan langsung bertanya “Ayahhh, apa liburan musin dingin kali ini kita akan berlibur???” Sesak nafas akibat tertindih tubuh Sharon membuat ku susah menjawab, “Ehmm, bisa kah kamu tidak menindih ku seperti ini ??” dengan sadar Sharon mulai menggeser tubuhnyah ke samping tubuhku lalu aku melanjutkan jawabanku “Sedang Ayah pikirkan… Bagaimana dengan acara ulang tahun mu nanti?? Apa ingin dirayakan seperti tahun lalu ?” aku harus mencari tau, pesta apa yang dia inginkan…

Sharon pun masuk di dalam selimut tebalku dan menggeser tubuhnyah kearah bahu ku dan menjawabnya dengan lantang

“Tahun ini aku genap berumur 9 tahun, dan aku rasa pesta 2 tahun silam adalah pesta terburuk yang pernah kulihat. Aku bukan bayi yang harus ada badut saat aku memotong kue.” Jawabanya sangat menakutiku,

Sebenarnya badut yang ada di pesta itu diriku sendiri, tapi rupanyah dia tak menyadari. Tapi lega hatiku mengetahui bahwan dia murka sekali dengan sebuah pesta ulangtahun, maka kupikir satu masalah telah usai, tak ada pesta badut di musim dingin kali ini. Ia tak berhenti bercerita sampai matanya menjadi sayup karena mengantuk, diakhir kalimat ia mengatakan bahwa dia kangen Ibu disaat musim dingin seperti ini. Dengan perasaan yang terharu aku memeluknyah dibalik selimut dan mengelus rambut ikalnyah.

Kubiarkan dia tertidur pulas di kasurku. Wajah lugunyah yang khas membuatku benar – benar tak ingin pisah dengannya walaupun hanya semenit. Kata sayang dan cinta selalu kubisikkan saat dia tertidur seperti ini… kuyakini Kata – kata itu dapat menemaninya saat ia bermimpi.

*Dari arah pintu depan ku melihat bibi Heidi dan cucunya, dengan terburu – buru aku membukakan pintu buat mereka…*

“Hai Rob, aku membawakan mu sup jamur dan beberapa bartoloci… Aku tau kamu pasti telat untuk menyiapkan makan malam…”sapanya…

Segera kubantu dia membawa sepanci sup jamur “hehehe… kamu selalu membantuku, sebenarnyah tadi aku berniat untuk mengajak Shoron makan kedai sup. Tapi cuaca malam ini buruk sekali..”

Heidi melirik ruang tamu ku dan bertanya “Dimana, Roket kecil mu???”

Dengan udara yang dingin seperti ini kubuat secangkir kopi dan mengajaknyah ngobrol di bangku taman belakang “Dia tertidur di kamar, karena seharian penuh membahas pesta ulang tahun 2 tahun lalu. Dan rupanyah dia menyimpan kenangan buruk tentang itu..” terdengar aku begitu tertawa dengan keras.

Dengan mengepalkan telapak tangannyah ia menjawab “Aku sudah mendengaranyah, karena beberapa hari yang lalu ia bercerita banyak tentang pesta ulang tahun ke 9 nya.. Rob, bisakah kita pindah kedalam?? Aku tak tahan dengan udara dingin ini…”

Entah kenapa aku lupa kalu lawan bicara ku ini rentang dengan udara dingin sampai – sampai aku salah memilih tempat untuk ngobrol. Segera aku mengajaknya ke ruang tengah dan munutup pintu belakang. Dengan membawa cemilan aku bertanya balik

“Apa sebenarnyah yang dia mau?? Mungkin ada yang belum kuketahui.”

Heidi menyuapi cucu kecilnyah dengan beberapa cookies coklat milik Sharon dan menjawab singkat.

“Bukan pesta, melainkan liburan musim dingin. Sebaiknyah kamu cuti bekerja dan ajak Roket kecil mu untuk menghabiskan musim dingin di luar kota.”

Aku yang mengunyah sepotong cupcake hampir saja tersedak mendengarnyah, “Benar dugaan ku, sebelumnya juga dia bertannya tentang liburan musim dingin kali ini, tapi aku belum menjawabnyah karena tak sempat mengatur jadwal di bulan ini. Lalu dia juga memintaku untuk mencari pekerjaan lain, apa kamu bisa memberikan ku saran??”

Obrolan kami tiba – tiba terhenti karena Stave, cucunyah Heidi yang mulai resah. Ingin cepat pulang dan bertemu dengan momynya. Dengan menggendong Stave Heidi memberi saran,

“Aku selalu percaya bahwa Roket kecil mu memiliki energi positive yang selalu membuat orang di sekelilingnyah merasa yakin dengan apa yang di bayangkan.”

Entah efek kopi atau dinginnyah udara, aku tak dapat mencerna perkataan Heidi dan bertanya balik sebelum ia pulang ke ruamah, “Apa maksud dari perkataanmu??”

“Ikuti saja maunyah karena dia lah yang akan memberi jalan keluar bagaimana kamu harus bertindak. Yakini saja solusi yang ia berikan Rob, karena dia memiliki pandangan yang hebat untuk masa depan..” Heidi segera pamit dan aku membantunyah memakaikan mantel bulu domba ke bahunyah.

Aku masih bingung dengan pekataan Heidi, tapi kini aku tak punya waktu untuk berpikir karena perut ku sudah ingin menikmati makan malam ini. Tanpa berpikr panjang segera ku panaskan kembali sup jamur itu dan membuat segelas susu hangat bercampur krim. Susu coklat berkrim adalah minuman terbaik di musim dingin, rasanyah mungkin tak seenak buatan café.

Kuhampiri Sharon dengan guling berbentuk Roketnya dan ku minta dia segera bangun karena waktu makan malam telah tiba…

“Heiii, Roket girl apa kamu tak mau semangkok sup jamur dan potongan sosis bartoloci???”

Dengan mata yang setengah terlipat ia menyapaku, tapi tak lama kemudian dia menutup muka dengan selimut putihku. Dengan bercanda aku merayunya untuk makan malam bersama, tapi dia menolak. Dengan terpaksa aku harus menggendongnyah ke meja makan…

“Sayang, apa kamu tidak mencium harumnyah sosis bartoloci ini ??? lihat gelas roketmu pun sudah Ayah isi dengan susu coklat dan krim…” aku membujuknyah untuk bersemangt makan malam bersamaku.

Ehmmm… tak ada jawaban darinya…..

Aku sedikit khwuatir dengan sifat pasifnyah, karena satu kata pun tak terucapa dari bibir mungilnyah. “Sharon, apa ada yang salah dengan menu makan malam kita??” Kulihat ia hanya mengaduk kuah sup tanpa memakannayah.

Tapi itu tak lama, karena ia segera menjawab dengan nada sendu,

“Ayah, tadi aku bermimpi bertemu Ibu. Dia mengajakku ke toko coklat di Paris dan membelikanku banyak mainan. Tapi karena ayah membangunkan ku terlalu cepat, aku tak sempat mencium Ibu.”

Mendengar itu aku dari bibir putriku, aku hanya bisa melihat jendela luar dan meminta Tuhan untuk mengkuatkan rasa rindu Sharon untuk bertemu Ibunyah.

“Maafkan Ayah sayang, itu tak sengaja. Karena Ayah takut kamu lapar.” Aku menghapiri kursinyah dan menenangkan rasa kesalnyah pada ku.

“Aku lebih memilih menahan lapar Yah, karena rasa rinduku ke Ibu melebihi rasa lapar yang kurasakan.” Jawab Sahon dengan terisak sedih.

Dapat kulihat ekor matanyah ada setetes air mata yang akan membasahi dipipinyah, sepertinyah rasa bersalahku tak dapat dimaafkan.... Walau ia sempat menolak untuk kudekati, tapi aku berusaha memeluknyah kembali dan menenangkan tangis rindunya…

=====

12 Komentar:

  1. @kakve_santi, Haiii Kve, betul... ceritanya klasik bangetttt!!! selamt menikmati... #kasihkopilate

  1. tulisanmu kian keren, van.

  1. @mbkFanny, Behh, *malu* *ngumpet* hahaha Terimakasih mbk.

  1. terharu aku membaca tulisan mu van..

  1. aku merindukan ayah dan ibu
    hiiiiks

  1. bro posnya bikin mou nangis

  1. Mantap ceritanya van, salut atas karyanya..

  1. duuuuh... jadi sedih ni Van... kasian bngt si Sharon... emang Ibunya kemana sih...

  1. jadi inget ortu,,huhuhu
    kunjungan perdana nich sob,salam kenal

  1. makin mantep van.. ayo lanjuutttsss