P A R I S (3)

  • Friday 23 April 2010
  • Posted by Ivan Rahmadiawan
  • Ngumpul di

Hari ketiga Sharon di Paris, ia sudah berhasil menikmati sekotak coklat belgia…. Wajah gembiranyah pun tak dapat disembuyikan lagi, tawa dan tatapan matanyah yang begitu menikmati liburan kali ini benar – benar membuat perasaan bersalahku karena hal kemarin sedikit memudar.

Walau musim dingin di paris kali ini terasa sangat berlebihan, karena lebih dingin dari biasanya. Tapi akan aku nikmati hembusan angin dingin ini, rasa hangat akan ku peroleh dari Deretan kedai yang menyajikan Aneka Sup, Fondue keju swiss dan white wine….

Sharon yang begitu terposana dengan kota mode ini pun langsung banyak bertanya dan banyak berucap “Oh My god”… aku selalu tertawa geli mendengarkan pertanyaan darinya … Tapi sebenarnyah incaran utama Sharon adalah toko mainan, “Ayah bisa kah kita segera ke toko mainan, aku ingin memebeli Roket Girl versi terbaru…” suaranya sudah sangat bersemangat sekali.

Akhirnyah, Sharon membeli beberapa seri terbaru dengan tambah miniature luar angkasa sebagai tempat mendaratnyah roket yang sudah dia punya. Koleksi ini bikin senyum mungilnyah akan melebar beberapa senti… Selagi itu pandangannya langsung menuju gerai petshop, tapi aku pun berdeming sebagai tanda penolakkan. Siapa yang akan merawat kalu saja ia membawa pulang si baby dog versi Paris Hilton??? Tak terbayang repotnyah…

Belanjaan kami sudah terlau berat dan hari pun sudah berganti malam, kota Paris yang menyihir ku untuk tidak melihat jam tangan. Sesampai di rumah Oma Jesee, aku sudah di hadapkan menu makan malam yang sudah jarang aku nikmati. Dengan sebotol Redwine, kami bersulang untuk hari terbaik ini.

Sharon hanya menghabisi pancake kismis, karena ia tidak suka daging domba. Terlihat terburu – buru sekali ia melahap pancake nyah, pandanganyah sudah tentu tak sabar untuk membongkar semua kantong belanjaan… Sampai Oma jesee tertawa geli ketika mendapati putriku makan dengan mulut belepotan selai blueberry…

Disela kami merapikan meja makan, Sharon bertanya “Ayah, aku ingin tidur dengan Oma jasee??” serunya sehabis meminum segelas jus jeruk.“Tentu saja sayang” jawabku singkat dan menyuruhnyah untuk segera mengganti pakaian.

Oma Jasee adalah Ibu ku yang sekarang menetap di Paris, ia berkebun buah organic dan sebagian hasil panen ia jual ke pasar buah, sedangkan sisanya untuk kebutuhan kedai Roti milik Ayah. Aku sangat kagum dengan kerja kerasnyah mereka berdua yang tak pernah berhenti, diusia yang tak muda ia semakin produktif mengurus bisnisnya. Sedangkan Ayah lebih bersemangat membuka kedai bakery bersama sahabatnya…. Inilah tujuan mereka selama ini, berbisnis dengan hobby yang sudah terdidik dari rasa cinta. Aku tau, karena aku adalah bagian dari proses panjang cerita hidup mereka…

^^^

Pagi sekali Ibu membangunkan ku, sekitar jam 07:30. Mungkin karena lelah, aku sendiri tak sadar kalu sudah melewati pagi dengan tidur nyeyak. Aku kembali tersenyum di pagi ini melihat Sharon mengoles roti gandum milikik ku dengan unsalted butter. Dengan percaya dirinyah aku bergabung dengan mereka dan duduk manis di sebelah Sharon dan mencium pipi kanannyah sebagi imbalan karena telah menyiapkan sarapan ku.

Ketika aku hendak mengambil roti gandum yang sudah teroles, tiba – tiba Sharon protes “Ayah jangan ambil roti itu, Roti ini aku buat untuk Opa Aron” seketika itu ia merebut roti dari piringku.

“Ohhh, kenapa Opa saja yang di buatin?? Ayah juga mau???” dengan muka penuh harapan…

Ayah dan Ibu ku hanya tertawa melihat aku dan Sharon saling memandang sinis, padahal kami hanya bercanda… Setelah sarapan bersama kita di ajak melihat kebun Oma jesee dan kedai Roti ayah yang semakin meningkat penjualannyah.

Perjalanan cukup lama, sekitar 2 jam.. Sampai disana kami hanya bisa melihat kebun organic dari ruang control produksi karena udara pagi yang super dingin. Dari balik kaca yang lebar maka aku bisa terlihat begitu luas kebun organic ini. Disela kita duduk di teras depan, Sharon tak henti – hentinyah menekan hidung ku, berhubung udara yang sangat dingin membuat hidung ku jadi memerah, “Ayah hidung mu seperti Santa” celetuk Sharon.

Puas bersafari, kami pun mengangkut beberapa kotak Blueberry dan buah organic segar ke mini bus untuk di kirim ke kedai roti Ayah. Iseng aku pun mencoba mengendari mini bus ini, karena sudah lama sekali tidak menyetir… Untung saja jarak nyah tak begitu jauh dan berbelok, cukup 20 menit untuk sampai di kedai Ayah. Ku tengok ke belakang, syukur tak ada korban jiwa karena ulahku… hehehe

Jujur ini pertama kalinyah aku dan Sharon melihat kedai Roti Ayah, aku terkejut karena ia sudah bisa membangun dua lantai dan mempekerjakan 14 pegawai. Bagi ku ini bisnis yang sukses !!!

Melihat tangan Ayah yang mulai membuat adonan Rotinyah, aku pun ingin mencoba membantu, ini sudah lama tak kulakukan semenjak Sharon hadir. “Ayah apa kamu yakin bisa mengikuti gaya seperti Opa Aron??” sapa Sharon memandang dengan nada meremeh. “Tentu saja Ayah mu bisa” bela Ayhku. “Tapi Ia hanya bisa membuat olesan di roti gandum Opa” teriak Sharon tak rela aku di bela. Dengan mengikuti gaya sang ahli, aku sukses membuat streusel panggang yang lezat dengan isi selai raspberry.

Berlibur kali ini sangat menyenagkan, selagi ada ratu celoteh (Sharon) yang selalu berisik tapi itulah yang membuatku selalu tertawa….

^^^

Makan siang terakhir bersama Ayah dan Ibu kali ini kami menikmat steak langganan mereka… Ayah sangat pandai memesan makanan khas di restoran disini, sedangkan aku tersenyum geli melihat aksi Sharon yang sok memperkenalkan Roket girl barunya ke Oma dan Opanyah. Ia duduk di tengah, dan menjelaskan panjang lebar peran si Roket. “Ohh, kami butuh tenaga ektra untuk bekhayal dan mengimbangi cerita mu…” kataku dalam hati.

Disela menikmati makan siang, Ayah memeberi saran “Segeralah menikah!!! berikan Ibu baru untuk Sharon.” Dengan wajah malu aku mejawab “Butuh waktu untuk itu Yah, mungkin 3 tahun lagi aku akan memikirknayh”. Syukur Sharon tak mendengar, ia sibuk memilih puding bersama Oma Jasee, aku belum siap mendengar komentarnyah mengenai saran dari Ayah tadi …. Cerita makan siang cukup di buat berisik oleh tingkah laku Sharon yang tiba – tiba membongkar aib Ayahnyah ke Oma dan Opanya… Ini mimpi buruk selama berlibur di Paris…

Kami menghabiskan waktu sore mengelilingi area Eiffel Tower, dan aku sibuk memilih souvenir untuk bibi Heidi dan teman - teman kantor. Sharon tak begitu tertarik dengan ini, ia lebih menikmati sesi poto bersama Omanya.

Ehmmm… Menghabiskan sisa terakhir untuk menikmati sunset bersama… Dari sini terlihat jelas matahari mulai memudar dan tenggelam bersama gelapnya awan. Dengan berat hati aku berkata pada putriku

“Liburan kita berakhir disini sayang !!!” Sharon dengan mata harunya memelukku.

“Terimaksih Ayah, atas hadiah Ulang Tahun ku yang paling mewah ini”. Ucap Sharon kalem.

====

4 Komentar:

  1. duh,mau dong ke Paris.

  1. sekedar absen doank tapi belum baca.... bacanya ntar ya.... udah ngantuk nih

  1. lama ga bw tau2 dah seri ke-3. hoho...mesti baca dari postingan sebelumnya nih biar afdhol.

  1. oot : Van, penilaiannya berdasarkan tulisan terbaik dan novel yg dipilih. jadi gini : bila A, B dan C milih novel X. maka tulisan A, B dan C dilihat mana yg terbaik. krn mereka memperebutkan novel yg sama maka dinilai tulisan terbaik dari mereka semua. Jadi kalo A tulisannya terbaik maka dia yg berhak.

    So, kamu mesti cerdik biar bisa menang. jgn minta novel yg byk diinginkan peserta lain, atau kamu mesti liat sainganmu sehebat apa. gitu lho.