Fettucine dan Bingkisan Coklat (5)

  • Wednesday 23 June 2010
  • Posted by Ivan Rahmadiawan
  • Ngumpul di

Seminggu lebih aku meninggalkan Sharon di kediaman bibi Heidi. Pengasuhnya. Karena aku harus keluar kota untuk mengejar beberapa hot issue di beberapa perusahaan. Selama aku pergi untuk bertugas, sedikit ada rasa senang karena melepaskan atribut Ayah selama 7 hari. Aku merasa kembali lajang, mengunjungi tempat hiburan malam bersama rekan kerja sampai sempat terpikir untuk menggoda beberapa wanita di kawasan Red Light District. Tapi sistem rel ku yang sedikit tergeser membuatku tak berani berbuat lebih, aku hanya minum di bar dan mengerjakan beberapa dokumen secara brutal karena tak ingin banyak bergadang sampai pagi. Aku merasa Sharon selalu berbisik “Ayah Begadang lagi??” kalimat itu selalu membekas sampai di kamar hotel.

Dan dihari terakhir aku mengumpulkan semua dokumen penting yang aku selesaikan di Amsterdam. Pagi hari aku sudah bergegas untuk pulang dengan membawa setumpuk oleh – oleh buat Sharon. Dan beberapa pesanan khusus dari teman kantor. Hmm.. Entah kenapa kali ini aku ingin sekali membawakan Bibi Heidi satu bouquet bunga yang aku sempatkan pesan di toko langganan teman di kawasan shopping street, Bloemenmarkt ???

Ketika sampai rumah, aku menjemput Sharon di rumah Pengasuhnya. Oleh – oleh buat bibi Heidi pun disambut dengan senyum hangatnya. “Thank’s Rob, aku jadi teringat dengan masa muda tinggal di Amserdam”. Ucap Heidi. Percakapan Nostalgia selama 15 menit, membuat Sharon Iri dan menyeret tanganku untuk segera pulang.

Rasa lelahku terbayar dengan suara manja sharon yang selama sepekan tak ku dengar. Ia mulai cerewet dan selalu mencari perhatianku. Hanya yang ku perhatikan dia tampak chubby di bagian pipi, “Sayang, lihat pipimu!!” seruku sambil mengajaknya untuk mencuci muka.

“Kenapa Yah???” tanyanya sambil bercermin.

“Gendut. Mirip Badut.” Ejek ku sambil mengambil pasta gigi.

Seketika kedua pipinya menggelembung karena kesal aku berkata seperti itu.

***
Lebih awal aku bangun, membuatkan segelas susu dengan sereal gandum buat sarapan bersama. Tapi rupanya seleranya sudah berbeda, ia sudah tak suka dengan sereal gandum, kutanya kenapa, dia malah menjawab “Fettucine Yah…”

Sepekan tak bertemu, Sharon mulai menunjukkan perubahan di selera makannya. Tak biasanya ia ingin makan pasta di pagi hari dengan daging yang ditumis dengan irisan tomat segar dan ditaburi keju parmesan. Jelas ini membuatku kaget, karena persediaan bahan di kulkas sudah habis dari sepekan yang lalu. Aku menyarankan untuk memakan sereal itu dulu, biar siang ku sempatkan mampir ke supermarket.

“OK, Tapi Ayah harus janji menjemputku di sekolah. Aku harus ikut Ayah belanja bahan membuat Fettucine !!!” Suaranya bak preman walaupun tangan kanan terlihat sibuk melahap semangkuk serial gandumnya.

“Baiklah, Ayah akan jemput kamu di jam pulang sekolah” suaraku mulai melemas karena melihat anak perempuan seegois ini.

Bis sekolah sudah mengantar Sharon ke sekolah beberapa jam yang lalu, kini aku hanya sendiri di rumah menikmati segelas espresso tanpa krim dari coffemaker baruku. Rumah masih tampak rapi, kamar, dapur, ruang tamu, kamar mandi, pun masih tampak bersih seperti biasanya. Dan kulanjutkan bersantai diruang tv dengan membaca koran lokal yang kuharapkan bisa membuat penatku sedikit menghilang.

***
Sesampai di supermaket, Sharon tampak lebih semangat mengambil keranjang dorongnya. Kubiarkan dia memilih apa yang dia mau, karena aku hanya mengambil barang yang sudah terdaftarkan sebelumnya.

Saat berdiri di rak minuman segar, aku melihat Sharon sudah ada di rak makanan ringan, kulihat keranjanganya, ia memasukkan banyak coklat dan snack yang sudah melebihi apa yang biasanya dia beli.

“Loh, kamu mau nyimpan makanan ini untuk berapa bulan?? Ayah tidak akan membayar snack sebanyak ini !!!”

Sharon tampak kecewa karena aku sedikit membentaknya.

“Kok diam ?? lebih baik kamu pilih snack untuk beberapa hari kedepan.”

Dia mendekatiku dan mengangkat kepalanya untuk menatap mataku. Dan aku memilih untuk berjongkok, agar dia nyaman untuk menjelaskan apa maksudnya.

“Ayah, aku hanya ingin menyumbangkan makanan ringan ini ke wanita tua yang aku kenal. Ia tinggal dipanti jompo. Ini mengingatkanku pada Oma Jesse.”

Hufff… drama apa lagi yang dia buat?, sempat aku bertanya seperti itu di dalam hati.

“Baiklah, wanita tua itu siapa ?? Dia tinggal dimana sayang??” Dia membuatku bingung.

“Ayah tau kan beberapa jarak dari sekolahku ada panti jompo??” sorot matanya sangatlah lugu.
“Iya, Ayah tau. Tapi apa perawat mengizinkan mereka keluar dan mengunjungi sekolahmu?? Sampai kamu kenal mereka?” aku balik bertanya dan terkesan tak percaya dengan ceritanya.

“Tiga hari yang lalu wali kelas mengajak kami untuk berkunjung ke sana Ayah… Aku bisa merasakan mereka hidup tanpa biskuit dan coklat..”

Sharon pikir, orang – orang lanjut usia bisa di sama ratakan dengan seleranya… Di lorong rak makanan itu kita berdebat panjang lebar membahas bingkisan yang pas untuk ‘teman’ baru putri kecilku ini. Yah, aku akhirnya mempercayai cerita wanita tua itu. Aku yakin Sharon tidak berbohong!!

****
Bingkisan berisi snack berbahan dasar gandum dengan topping coklat sudah dibungkus rapi, Sharon langsung memberikannya tanpa mau makan siang terlebih dahulu. Seingatku ia sudah sangat menginginkan pasta Fettucine, tapi entah kenapa dia berubah pikiran secepat ini. Malah Ia tidak ragu untuk bertanya, “Suka apa tidak bingkisan yang aku bawa??” ke beberapa wanita lansia yang mengingatkan ku ke Ibu sendiri. Sharon tampak senang dengan kegiatan membagikan ‘Bingkisan’ke teman barunya.

Aku juga sempat mendengar perkataan yang lain, dengan mimik lugunya Sharon berucap “Oma ini biskuit gandum yang renyah, dengan selai coklat. Pasti bikin mau lagi kan??” candaannya sudah akrab sekali, dan di luar ruangan aku kembali tersenyum simpul melihat Sharon mencoba membantu membuka penutup pudding ke wanita di sampingnya yang hanya bisa bersandar lemas.

“Hmm.. Aku masih memikirkan hal yang ‘baru’ saja terjadi. Hari ini Sharon belajar untuk berbagi ‘Kasih Sayang’ dan ia lebih peka dibandingkan Ayahnya sendiri.” Batinku berucap haru sepanjang perjalanan pulang.

=======
P.S: ketika aku menulis ending cerita ini, aku masih memikirkan Wanita Tuaku (nenek) yang sudah tiada. "Apa kabar mu Nek?? Cucu mu kangen niehhh" :)

3 Komentar:

  1. sha sha sha shabuya! eh sha sha sharon!
    tebak siapa onda?

  1. EGUE PERTAMAX TADI HAHAHAHAHA

  1. waw mau dong makanannn laperrr