Kejutan Berupa E-mail (6)
- Ngumpul di Cerpen iseng
“Ayah, lihatlah buku tahunanku…!!” seru
“Wow, sudah jadi yah?? Terlihat keren covernya…”
Kedua mataku terbelalak melihat halaman pertama buku tahunan putriku yang masih duduk di kelas 4. Penuh dengan Testi dari teman sekelas
Sebenarnya ketika Sharon masih di duduk di kelas 2 dia juga sudah membawa pulang buku tahunan pertamanya, karena sekolahnya memberikan fasilitas yang cukup beragam jadi setiap 2 tahun sekali para siswa akan berganti kelas, materi baru dengan bonus ‘Buku Tahunan’ yang sebenarnya seperti laporan siswa yang hanya dikemas lebih kreatif saja. Tapi berhubung dia masih kecil dia tak terlalu excited seperti tahun ini. Kali ini ia tau akan (hanya) berpisah kelas untuk mengikuti materi berikut dan ini akan membuat
Di sisi lain aku senang rasa melihat anak ku bisa aktif di kegiatan sekolah seperti ini, terlihat jelas dia sudah mengikuti semua program yang di ajukan oleh mentor kelasnya dengan sebaik mungkin. Dan hadiah berupa buku tahunan ini bisa jadi raport berharga buatnya.
“Iyaa dongg…” Balasnya bangga.
^^^
Segelas tea yang dicampur dengan irisan raspberry dan jus apel ini pengganti red wine ku, resep yang kuperoleh dari teman dan sampai sekarang telah berhasil membuatku addicted. Menu utama yang ku buat hanya salad sayur dan sepotong daging yang di grill dengan butter dan dipadukan dengan saus mushrooms. Tapi diakhir makan malam
“Yah, tak ada kah makanan penutup kali ini ??”
Sengaja aku tidak membuat hidangan manis karena sudah terlalu repot untuk membagi waktu. Tapi seingatku ada sekotak icecream yang bisa disajikan buatnya… “Coba kamu lihat di freezers, bukankah ayah membelikanmu sekotak ice cream.”
Dengan semangat ia membuka kulkas dan mengambil kotak ice cream berukuran jumbo. Dan membawanya ke meja makan, ia juga membawa gelas dan sendok untuk menikmati hidangan tersebut.
“Ayah, apa ini ice cream milikmu ???” tanyanya ketus dengan wajah cemberut.
Aku yang tak tau apa maksudnya hanya menjawab “Bukan, itu ice cream buat mu sayang.”
“Lihat ini !!!” ia membawakan penutup kotak ice cream ke hadapanku.
“Hahh.. Icecream coffee with choco chips?” ucapku kaget ketika membaca label kotaknya.
“Aku tak suka kopi Yah, pasti ayah salah ambil
Kuakui kalu kejadian itu terjadi ketika sepulangnya aku dari kantor dan dipikiranku masih terpengaruh harumnya aroma biji kopi, sampai tanpa sadar tangan ku membawa pulang kotak icecream itu.
“Rupanya ayah salah ambil, sudahlah nikmati saja wafermu yang masih tersisa.” Aku menyuruhnya untuk melupakan hidangan penutup super lezat yang dia bayangkan.
^^^
Penerangan di rumah type 24 ini pun meredup,
Sorot mataku masih fokus di layar notebook dan jari - jariku juga masih setia mengetikkan sebagian tugas kantor. Disela otak mengasah untuk mengerjakan tugas, aku kembali berpikir masa depan. Masa depan untuk
Keluarga bukanlah satu tapi ‘bersama’ yang berisi lebih dari 2 orang, suami dan istri hidup bersama anaknya.
Mengingat Ibunya Sharon, seketika itu juga aku menyempatkan untuk menelponnya dan menyuruhnya kembali demi
^^^
4 minggu kemudian,
Sehabis makan siang, e-mail ku dipenuhi artikel yang ditulis ibunya
Seharian aku membaca kesepuluh halaman e-mail itu dan membalasnya dengan kalimat yang singkat karena canggung. Aku belum siap untuk menyerahkan tulisan ini ke
Dan e-mail terakhir darinya menyuruh ku sesegera mungkin untuk menyerahkan tulisan itu ke
“Sayang, mungkin setelah kamu membaca ini, kamu akan tau maksud dan tujuan Ibu mu yang sebenarnya. Semua kisah dan perjalannya sudah dia tulis buat kamu. Ayah mohon kamu bisa menahan rasa emosi yang mungkin akan membuatmu marah.”
“…….”
^^^
Pagi menyambutku dengan rasa ingin tau apa reaksi
Kubuka pintu kamarnya dan ku mengintipnya dibalik selimut tebalnya. Suhu ruangn yang dingin membuatku segera mematikan pendingin ruangan dan membuka jendela kamar. Terdengar helaian nafas yang berat, saat kuberbalik badan kudapati mata birunya lembab.
“Kapan aku bisa bertemu Ibu Yah ??” tanyanya sesaatku mendekatinya.
“Sabar sayang, Ibu sedang menemukan satu hal yang paling berharga dalam hidupnya.”
“Dan itu bukan kita
“Setiap manusia akan merindukan mimpinya terwujud dan kini Ibumu berhasil menemukannya. Walau jalannya salah.”
“Tak apa Yah, darah ibu mengalir bersama waktu dan aku selalu merasa dia selalu ada di sampingku layaknya kasih sayang ayah kepadaku.” Jawabnya seolah mengerti dengan keadaan yang terjadi.
29 July 2010 at 20:20
touchy bgt bro...