Sharon, Putri Kecil Ku.... (1)

  • Sunday 7 March 2010
  • Posted by Ivan Rahmadiawan
  • Ngumpul di

Kini tepat sudah 4 tahun aku berkerja sebagai Ayah yang berstatus single parents… Wanita yang melahirkan anak perempuanku meninggalkan kami ke pelukkan selingkuhannya. Tak ada cinta yang patut untuk diselamatkan sampai titik akhir… Kebahagian ku bersama putrid kecilku adalah kejutan yang menyenangkan dalam sejarah hidupku. Kini tujuan hidup ku hanya ingin menjadi “Ayah hebat yang akan membuktikan ke Sharon kalu ia tidak akan rugi memiliki Ayah seperti ku” … Maaf percaya diri ku sedikit berlebihan, tapi anak ku suka dengan itu…

Memerankan Ayah selaku Ibu membuat jadwal ke supermarket menjadi agenda rutin sehabis pulang dari kantor, karena aku ingin Sharon mengawali pagi dengan menu sarapan yang bergizi. Roti gandum, salad, dan daging khas dalam selalu aku sajikan di piring mungilnya. Menggulung sayur di dalam daging bersaus keju adalah tradisi orang tua ku dahulu agar anak suka makan sayur… Sedangkan nutrisi sang Ayah hanya sekantong kopi untuk menemaninyah di malam hari…

^^^

“Ayah pulanggg….” Teriak ku.

“Ayahhh, tak seperti biasa kamu pulang cepat!!! sampai – sampai bibi Heidi tak perlu repot menyiapkan makan malam..” celotehan Sharon seketika menyambut kedatangan ku.

“Ayah pulang cepat karena urusan kantor sudah selesai.” Jawabku singkat sambil mengantar Heidi ke gerbang rumah.

Selama aku berkerja, Sharon di asuh oleh tetangga ku yang tinggal di ujung kompleks rumah. Rasa keibuan dan kasih sayang membuat ku tenang saat Sharon berada bersamanya.

Kulihat Sharon masih sibuk dengan pekerjaan sekolahnyah sampai – sampai dia terlupa untuk memberi ciuman di pipi letih ku.

“Sayang, apa kamu mempunyai cerita yang patut dibagi bersama ku??” kuhampiri dia dengan segelas susu hangat…

“Tidak ada Ayah, walaupu ada mungkin itu hak ku untuk tidak bercerita padamu..” Sharon menjawab dengan ketus.

“Baiklah, Ayah mengerti. Tapi kalu boleh tau apa yang kamu inginkan di pesta ulang tahun mu lusa???”

“Aku hanya ingin Ayah berada di sisiku dan tak pergi ke kantor setiap pagi dan pulang malam membawa sekantong besar sayuran lalu mengantarkan bibi Heidi pulang.”

“Apa maksudmu Ayah tidak diperbolehkan berkerja??” balasku bertanya.

“Carilah pekerjaan yang dapat membawa anak tunggalmu..” jawab Sharon sambil meminum susu hangat yang kubuat.

“Apa kamu pernah melihat seorang Ayah yang memiliki anak tunggal juga membawa anaknyah berkerja???” tanya ku.

“Aku tidak melihatnyah tapi aku SANGAT menginginkan itu !!” jawabnya dengan harapan aku mau mengikuti kemauannya.

“Baiklah, Ayah akan pertimbangkan permintaan mu itu, ini saatnya kita berpesta dimeja makan bersama masakkan bibi Heidi yang sudah dibuat dengan rasa khas keibuannya.”

Kesalahan terbesar malam ini ada di kata terakhir, karena dengan cepat Sharon membalas kaliamat ku dengan sebuah pertanyaan…

“Dari kecil aku tak sempat melihat ibu memasak buat kita, apa Ibu pintar memasak Yah??” Tanya Sharon sambil menuangkan orange juice ke gelas mungilnyah.

“Ibu mu seperti bibi Heidi, karena mereka wanita maka dia akan mahir memasak” jawaban yang tidak jujur yang pernah kukatakan padanya, karena aku sendiri tak yakin mantan istriku mahir memasak…

“Berarti mulai besok aku akan belajar memasak seperti Ibu dan bibi Heidi… karena aku wanita seperti mereka”

“Boleh, asalkan kamu tahan dengan panasnyah api penggorengan…” aku

“Ayah, aku tau masakakn apa yang paling cocok dibuat oleh anak kecil seperti ku… roti gandum dengan madu diatasnyah, karena aku hanya menekan tombol untuk membakar rotinyah..”

“Baiklah, besok kamu saja yang menyiapkan sarapan buat Ayah..”

Selalu menyenangkan kalu aku menikmati makan malam bersama Sharon di meja makan, dia begitu ingin mengetahui banyak hal baru dan selalu bertanya dan akhirnya ingin mempelajarinya.

Setelah membantu Sharon menyiapkan peralatan sekolahnyah lalu kuajak ia untuk memcuci muka dan menggosok gigi rapinyah. Setelah semua bersih kuantar dia ke kamar bersuasana coklat dengan pintu bergambar Roket berwarna Pink hasil lombanya di musim panas pekan lalu.

Sedangkan aku, membuat secangkir kopi dan duduk di balkon kamar, dan kupikirkan lagi bahwa Sharon banyak kehilangan cinta secara visualnyah, Ibu yang pergi begitu saja, Ayah mulai sibuk dengan rutinitas kantor… Penderitaannya visual nya hanya aku yang bisa menghentikannya. Walaupun secara nonvisual kami sudah mengetahui seberapa besar cinta kita terbentuk…

Pagi, 06:30

Suara gaduh membangunkan ku dari tempat tidur dan segera mencari sumber suara rusuh itu..

Dengan mata setengah terlipat aku mendapati panic dan peralatan dapur berada di ruang tengah dan Sharon mulai menyusunnyah layaknyah drum set…

“Sahon, apa yang kamu lakukan di pagi seperti ini ???”

“Hanya ingin membuatkan mu sarapan, lalu kulihat ada panci yang dapat kumainkan. Apa ini membuat mu terganggu ???”

Arghhhhh…. Kesal ku tertahan mengingat syarat menjadi Ayah hebat tidak boleh memarahi anak yang ingin mengetahui sesuatu hal yang baru. Karena ini adalah titik awal bagi anak mencari bakat dan minatnyah.

“Sama sekali tidak, turuskan saja kamu bermain panci itu… mungkin saja kamu bisa menggantikan Travis baker!!!” aku menahan kesal dengan tertawa dan melahap roti madu buatan putriku sendiri…

“Tapi suara panci ini sangat tidak layak untuk didengar, bagaimana kalu Ayah membelikan ku set drum yang sebenarnyah ???” segera ia mendekat dan memintaku untuk memangkunya.

“Hahaha, kamu anak perempuan. Apa kamu yakin dapat memepertanggung jawabkan permintaan mu ??” memandang bola mata yah penuh dengan keingin tauan.

“Aku tidak dapat berjanji, tapi bagaimana kalu aku mengikuti les drum??” jawabnya sambil memintaku menyuapi roti buatannya yang kebanyakkan madu.

“Ide bagus, Karena Ayah tidak perlu mengeluarkan banyak uang.”

=====

6 Komentar:

  1. wah, ayah yg sangat baik hati ya.

  1. salam sejahtera.sebuah kisah yang mengharukan

  1. hmm ada keinginan untuk jadi ayah tunggal nih..
    ditunggu bagian keduanya...van

  1. Wow... saya bacanya sampai abis Brik, sumpah, itu putrinya mirip banget karakternya sama Indraswari, anak perempuan saya, kamu terinspirasi ini dari KS ya, koq bagus bngt sih critanya. Baru tau aku kalo Si Jabrik juga pintar bikin cerpen

  1. yah bersambung... bikin gregetan

  1. malem Ivan.....
    dateng lagi ..
    cuma mo bilang
    ada award buat ivan. diambil yah....
    thengkyu......